Rabu, 26 September 2012

Baju Khas Jogja (T-Shirt)

Aneka baju khas jogja dar bati hingga kaos dengan harga bervariasi.
Mulai dari harga Rp.60.000,- up to terbaik..











Bisa juga memesan dengan sesuai keinginan plus bentuk yang di inginkan. 
Gambar dapat anda kirimkan via email punx5tolvo@gmail.com atau cp: +6285725924883
Belum termasuk ongkos kirim.Transfer via BCA
Thx.

Souvenir dan Oleh oleh Khas Jogja (2)

Oleh-oleh khas jogja yang unik. dengan bahan dan kualitas yang terjamin.
Dan harga yang sangat terjangkau.

Harga: Rp. 12.900/pcs, 1 pcs : 10 jenis
 










Bisa juga memesan dengan sesuai keinginan plus bentuk yang di inginkan. 
Gambar dapat anda kirimkan via email punx5tolvo@gmail.com atau cp: +6285725924883
Belum termasuk ongkos kirim.Transfer via BCA
Thx.

Oleh oleh Khas Jogja (1)

  1. Jual miniatur sepeda onthel khas Jogja. Dijamin harga termurah cuma Rp 99.900 per buah. (Ukuran  besar) Bisa untuk hadiah kenang-kenangan atau untuk dijual lagi. Harga belum termasuk ongkos kirim. Tersedia pula miniatur pit onthel dengan ukuran kecil. Miniatur becak jogja. Miniatur becak madura.





Bisa juga memesan dengan sesuai keinginan plus bentuk yang di inginkan. 
Gambar dapat anda kirimkan via email punx5tolvo@gmail.com atau cp: +6285725924883
Belum termasuk ongkos kirim.Transfer via BCA
Thx.



Romawi VS Utsmaniyah yang merubah dunia, 1453

MAHKAMAH.CO, Jakarta- Bila menelisik sejarah, agaknya tahun 1453 M, dianggap tak terjadi sesuatu yang berarti. Padahal, sejatinya alkisah yang terjadi di tahun itu, sangat mempengaruhi perkembangan dunia hingga seperti ini.

Di tahun 1453 itu, sebuah pertempuran dahsyat terjadi. Perang besar antara Utsmaniyah (Ottoman) dan Romawi. Perang itu memperebutkan kota Konstantinopel (kini Istambul). Seberapa penting Konstantinopel era itu? Napoleon  Bonaperte, pelaut Perancis menggambarkannya terang. Dia bilang, "Bila seluruh dunia ini adalah sebuah negara, maka kota yang pantas menjad i ibukotanya adalah Konstantinopel". George Trapezuntios, sejarawan Inggris juga berkisah serupa. "Tahta kekaisaran Romawi adalah Konstantinopel", katanya.

Konstantinopel kala itu adalah kota penting di dunia. Hampir seperti New York atau Washington era kini. Letaknya ada di belahan Asia, setengahnya lagi di daratan Eropa. Bagi masyarakat Eropa, kota itu jadi pusat perekonomian dunia. Seluruh barang yang dari Asia, yang jadi kebutuhan Eropa, diperdagangkan di Konstantinopel. Tak heran, kota itu menjelma jadi ibukota yang diburu siapapun.

Keindahan kota itu juga luar biasa. Sebuah gereja dibangun megah disana. Nama gereja itu adalah  Aya Sophia. Gereja itu jadi simbol kekuasaan Konstantinopel yang di tahun 1453 itu dikuasai Kaisar Justinian.

Penduduk Konstantinopel mulanya dikuasai oleh penganut Nasrani. Kaisar Justinian sangat taat pada agamanya. Mereka dibawah singgasana Romawi. Tapi kalangan penulis Barat menyebut kerajaan ini dengan Byzantium, bukan Romawi. Pasalnya Romawi yang berpusat di Roma, sudah hancur sejak abad 4 M. Tapi belahan dunia lainnya menyebut Byzantium ini sebagai Romawi Timur.

Medio Mei 1453, ribuan pasukan Utsmaniyah, sebuah imperium raksasa di era itu, melakukan pengepungan terhadap Konstantinopel. Perang dua negeri adidaya pun terjadi. Perang antara Utsmaniyah dan Romawi itu menyita perhatian seluruh dunia.

Tentara Utsmaniyah, dibawah pimpinan Sultan Mehmet II (Muhammad Al Fatih) melakukan pengepungan selama 59 hari. Seluruh dunia menyaksikan pengepungan itu. Eropa terdiam. Nusantara tertegun. Kalangan jazirah arab bersatu dibawah Utsmaniyah, mengepung Konstantinopel.

Sultan Al Fatih (sang Penakluk), memiliki ambisi tersendiri dalam penaklukan itu. Pasalnya Konstantinopel adalah kota yang dijanjikan Allah SWT bakal jatuh ke tangan umat Islam. Janji itu diucapkan Nabi Muhammad SAW di abad 6 Masehi. Dalam sebuah Hadist, Nabi SAW sempat berkata, "Suatu saat Konstantinopel akan takluk di tangan seorang pemimpin (Islam). Ditangannya dialah sebaik-baiknya pemimpin dan sebaik-baiknya pasukan".

Sabda Rasul itu menjadi pemantik kaum muslimin di seluruh dunia untuk ikut dalam barisan tentara Utsmaniyah. "Bila ada orang yang ditolak masuk bergabung dalam tentara Utsmaniyah, bisa dibilang dia akan malu sekali," tutur Feliz Siau, seorang penulis buku “1453 Muhammad al Fatih” kepada Mahkamah.co. Jadi, sambung Felix lagi, gambaran saat itu di kalangan umat Islam sangat berlomba-lomba masuk dalam tentara Utsmaniyah untuk menaklukan Konstantinopel. "Karena itu adalah kota yang dijanjikan jatuh ke tangan Islam," tukasnya lagi.

Alhasil pengepungan pun dilakukan. Ternyata menaklukan Konstantinopel tak semudah membalikkan telapak tangan. Kota itu sudah pengalaman dalam pengepungan. Hampir puluhan kali kota itu dikepung musuh-musuhnya. Tapi tak pernah berhasil. Pasalnya Konstantinopel dikeliling benteng berlapis tiga, yang mustahil ditaklukan dengan alat perang biasa-biasa.

Sultan Al Fatih kemudian menggunakan Meriam sebagai metode baru dalam peperangan. Meriam  tercatat pertama kali digunakan dalam perang, adalah dalam pertempuran itu. Eropa sendiri belum pernah mengenal meriam, Utsmaniyah menggunakannya.

Selama 59 hari, akhirnya pasukan Islam berhasil menjebol tembok Konstantinopel. Meriam dan peralatan perang itu mampu menembus kota terindah di dunia itu.

Tanggal 29 Mei 1453, Sultan Muhammad Al Fatih memasuki gerbang Konstantinopel untuk pertama kalinya. Kemenangan Utsmaniyah ini disambut hangat seluruh umat Islam di dunia. Namun kalangan Eropa berlomba-lomba mengutuknya. Di era itulah Islam berjaya menguasai dunia. Peralatan militer Utsmaniyah adalah tercanggih di dunia. Selain meriam, Utsmaniyah mengenalkan pada dunia sebuah pasukan khusus. Namanya janisari. Pasukan khusus inilah yang kemudian ditiru menjadi lembaga intelijen di dunia, termasuk CIA, Mossad dan lainnya.

Kemenangan Utsmaniyah ini hampir mirip dengan menangnya Sparta atas Troya, pertempuan yang terjadi di tempat yang sama, 1700 SM. Kala itu, Troya dikepung selama 10 tahun oleh Sparta. Tapi Agamemnon, Raja Sparta berhasil menang karena memakai medote licik, kuda Troya. Setelah 10 tahun mengepung Troya, tentara Sparta tak kunjung bisa menjebol tempok Troya. Akhirnya mereka frustasi. Tapi cara licik dimainkan. Sparta membangun sebuah kuda raksasa. Didalamnya ratusan tentara Sparta berdiam diri. Kuda itu kemudian dimasukkan ke dalam gerbang kota Troya. Troya tertipu. Mereka merayakan kemenangan besar-besaran karena merasa sudah berhasil menang perang.

Di malam hari, kala tentara Troya mabuk kemenangan, para tentara Sparta yang berdiam dalam kuda itu pun turun. Mereka menyerang pasukan Troya. Ribuan tentara Sparta sudah menanti di gerbang Troya untuk masuk. Troya pun terbakar. Sparta menang perang.

Tapi kemenangan Utsmaniyah kali ini bisa dibilang gentlement. Tembok Konstantinopel benar-benar hancur oleh taktik militer yang canggih, peralatan tempur mumpuni dan pasukan yang bersemangat luar biasa. “Karena seluruh tentara Utsmaniyah yakin dengan Bisyarah, sebuah janji Allah SWT,” tutur Felix lagi. Bisyarah inilah yang dimiliki Al Fatih untuk menaklukkan Konstantinopel. Tak perlu dengan cara licik seperti Sparta.

Sebab Semakin Hancurnya Peradaban Islam

Islam berhasil menguasai dunia dari abad 6 hingga 18 Masehi. Kini imperium Islam seolah hanya kenangan. Mengapa peradaban yang gemilang itu bisa hancur? Apa kata Al Quran?
---------------------------------
MAHKAMAH.CO, Jakarta- Di bulan Ramadhan ini, hampir saban hari televisi menayangkan program kisah kegemilangan Islam di era dulu. Tayangan ini seolah hanya jadi romantika belaka. Hanya sekedar pelengkap acara sahur pagi saja.

Padahal sejarah mencatat, peradaban Islam sangat gemilang di era lama. Di tahun 711-1492 M, di Spanyol Islam sangat berkuasa. Selama 800 tahun hukum Islam tegak di tanah Eropa itu. Sejarah kemudian mencatat peradaban termasyur itu bernama Andalusia. Cordoba, ibukota Andalusia, sampai memiliki 40 perpustakaan dalam sebuah kota saja. John Freely, peneliti asal Amerika Serikat, menukiskan bahwa peradaban Eropa banyak belajar dari Islam kala di abad pertengahan. John menggambarkan kala di Andalusia berjaya Islam itulah, banyak ilmuan Barat memetik ilmunya dari para ilmuwan Islam.

Tapi di tahun 1492, peradaban Islam di Eropa itu kemudian musnah. Ahmad Thomson, seorang advokat asal Inggris yang menulis buku tentang sejarah Islam di Andalusia menyebutkan, penyebab runtuhnya Islam itu yang utama disebabkan perpecahan sesama Islam. "Perpecahan dan kecemburuan antar suku, dan rebutan kekuasaan antara sesama umat Islam menyebabkan peradaban itu musnah hingga sekarang," tutur Thomson yang tergabung dalam Moeslim Lawyers itu.

Malah, sambung Thomson lagi, penguasa muslim di Spanyol seperti Ma'mun dari Toledo dan Dinasti Nasrid, sempat meraih kekuasaan dengan bantuan pihak Kristen. Mereka merebut kekuasaan dari tangan penguasa Muslim sebelumnya. Thomson menggambarkan juga bagaimana umat Islam kala itu sudah sangat pongah akan kekuasaan dan kepentingan duniawi. Semangat jihad tak lagi dikobarkan.

Di peradaban Utsmaniyah, imperium terbesar sepanjang sejarah, juga hampir serupa. Kala Utsmaniyah berjaya, hampir seluruh daratan Eropa selalu dirundung ketakutan. Pasalnya beberapa kali peperangan selalu dimenangkan para tentara Islam. Mulai dari perang Nikopolis hingga jatuhnya Konstantinopel, sebuah kota penting bagi umat Kristen Ortodoks, dibawah kekuasaan Sultan Muhammad Al Fatih di tahun 1453.

Kisah kegemilangan itu kini seolah hanya santapan sejarah semata. Padahal dalam Rasul SAW memperingatkan akan kejadian ini. Seperti diriwayatkan oleh Abu Daud.

Rasulullah saw bersabda: "Apabila umatku sudah mengagungkan dunia maka akan dicabutlah  kehebatan  Islam;  dan  apabila  mereka  meninggalkan  aktivitas  amar ma'ruf  nahi  munkar,  maka akan  diharamkan  keberkahan  wahyu; dan  apabila umatku saling mencaci, maka jatuhlah mereka dalam pandangan Allah."
 

"Hampir  tiba  suatu  masa  dimana  berbagai  bangsa/kelompok  mengeroyok  kamu, bagaikan  orang-orang  yang  kelaparan  mengerumuni  hidangan  mereka." Seorang sahabat bertanya: "Apakah  karena  jumlah kami yang sedikit pada  hari  itu?"  Nabi SAW  menjawab:  "(Tidak)  Bahkan  jumlah  kamu  pada  hari  itu  sangat  banyak (mayoritas),  tetapi (kualitas) kamu adalah buih, laksana buih di waktu banjir,  dan Allah mencabut rasa gentar terhadap kamu dari hati musuh-musuh kamu, dan Allah akan   menanamkan penyakit  "al  wahnu". Seorang bertanya, "Apakah al  wahnu  itu Ya  Rasulallah?" Rasulullah  menjawab:  "Cinta  dunia  dan  takut  mati."

Makanya, tak heran bila kini umat Islam membebaskan Yerusalem saja pun tak mampu.

Barat Menyebut Byzantium Yes, Romawi No!

Dalam Al Quran tertulis surat Ar Rum. Surat ini mengkisahkan tentang Romawi. Tapi penulis Barat "menyembunyikan" kisah Romawi. Mereka lebih suka menyebutnya dengan Byzantium. Karena Romawi berhasil ditaklukkan Islam secara utuh di tahun 1453. Jangan terkecoh.
------------------------------------
MAHKAMAH.CO, Jakarta,- Tanggal 29 Mei 1453 bisa dibilang hari yang penting diingat sepanjang sejarah. Saat itulah Islam secara resmi berhasil menaklukkan Konstantinopel, ibukota Romawi. Penaklukkan itu dikomandoi langsung oleh Sultan Muhammad Al Fatih, yang memimpin kesultanan Utsmaniyah saat itu.

Kisah penaklukkan Konstantinopel sendiri sejatinya sudah "diramalkan" oleh Nabi Muhammad SAW. Kala terjadi perang Khandaq, di abad 6, Nabi sempat ditanya oleh seorang sahabatnya. Saat itu Rasul dan umat Islam tengah melakukan penggalian parit untuk mempersiapkan perang menghadapi kaum kafir di Madinah. Disitulah seorang sahabat bertanya tentang kota manakah yang akan takluk lebih dahulu, Roma atau Konstantinopel?

Nabi menjawab ringkas,"Kota Heraklius yang akan takluk lebih dahulu," ujarnya. Heraklius adalah Kaisar Romawi saat itu. Dia memimpin Romawi Timur yang saat itu bermarkas di Konstantinopel. Ini adalah kota terpenting di dunia, di era itu. Kota itu menjadi pusat perdagangan dunia.

Napoleon Bonaperte, Raja Perancis sempat berkunjung di Konstantinopel di abad 14. Kala itu Napoleon mengucapkan, "Seandainya saja seluruh dunia ini adalah sebuah negara, maka yang layak menjadi ibukotanya adalah Konstantinopel," tegasnya. Begitulah gambaran tentang betapa dahsyatnya Konstantinopel kala itu. Sedangkan Roma, adalah ibukota Italia. Disitulah markasnya Romawi Barat.

Kemudian dalam kesempatan lain, Rasul SAW sempat mengucapkan Hadist lagi. Dia mengucapkan,"Suatu saat Konstantinopel akan takluk di tangan laki-laki (Islam). Di tangan dialah sebaik-baiknya pemimpin dan di tangan dialah sebaik-baiknya pasukan." Hadist itu diucapkan di abad 6 juga.

 Tahun 1453, Konstantinopel benar-benar di taklukkan di tangan umat Islam. Di bawah komando Sultan Al Fatih, kota itu resmi diubah namanya menjadi Istanbul, artinya "jalan Islam". Begitu Konstantinopel ditaklukkan, Al Fatih pun bergumam singkat. "Sabda Rasul telah terbukti," ucapnya bersejuk.

Jatuhnya Konstantinopel di tangan Islam, mengubah tatanan politik dunia kala itu. Barat pun kocar-kacir menghadapi kedigdayaan tentara Islam. Di era itulah Islam benar-benar menguasai dunia.

Tapi kini kisah fakta penaklukkan Konstantinopel itu seolah tak sedahsyat epos berdirinya negara Amerika Serikat. Kalangan Islam sendiri kini tak banyak yang paham tentang kejadian besar yang mempengaruhi perpolitikan dunia hingga kini itu. 

Di satu sisi, ternyata pihak Barat tak begitu sumringah untuk mengkisahkan takluknya Romawi di tangan Islam itu. Dari beberapa buku yang beredar kini, memang penulis Barat tak banyak yang menyebut Romawi futuh di tangan Islam. Kebanyakan menyebutkan bahwa kisah penaklukkan itu adalah jatuhnya imperium Byzantium, bukan imperium Romawi. Mengapa demikian?
Romawi Barat dan Romawi Timur

Mulanya Romawi memiliki satu pusat pemerintahan, Roma. Kala itu imperium ini begitu megah. Membentang di seluruh Eropa hingga ke Asia. Karena besarnya itulah, Kaisar Diocletian yang memimpin Romawi di tahun 285, membagi kota administratif pemerintahan menjadi dua. Romawi Barat tetap beribukota di Roma, Italia. Sementara Romawi Timur bermarkas di Nikomedia, sebuah kota di Asia Kecil (kini Turki).

Pemisahan itu tak lain didasari karena perbedaan agama. Romawi Barat menganut paham Kristen Trinitas (politeisme). Disinilah Paus memimpin kekuasaan agama Kristen. Sementara Romawi di Asia Kecil menganut Kristen Ortodoks. Bahasanya pun berbeda. Di Barat menggunakan bahasa Yunani. Sementara di Timur mengenakan bahasa Latin. Kedua Romawi itu pun sempat perang besar. Perbedaan pandangan soal Kristen Trinitas dan Ortodoks menjadi pemicunya. Ajaran Protestan kala itu belum lahir.


 Tahun 324, Kaisar Constantine I, memindahkan ibukota Romawi Timur dari Nikomedia di Asia Kecil ke Konstantinopel. Kota ini ditabalkan dari namanya sendiri menjadi "Kota Konstantin". Ini dianggap sebagai Roma Baru. Kaisar Theodosius I (379-395) yang memimpin Romawi selanjutnya, tetap membagi dua kota administratif itu.

Perkembangan terjadi. Di abad 5 Masehi, Romawi yang bermarkas di Roma, secara resmi bubar. Pemberontakan terjadi di mana-mana. Arthur mendeklarasikan berdirinya Kerajaan Inggris Raya. Germana, Perancis, Spanyol dan lainnya pun mengikuti.

omawi pun hanya tinggal di Konstantinopel saja. Tapi wilayahnya masih membentang panjang. Heraklius, kaisar Romawi yang bertahta di tahun 610-641, semakin membuat Romawi berada di puncak jayanya. Heraklius inilah Kaisar Romawi yang sempat dikirimi surat oleh Nabi Muhammad SAW untuk memeluk Islam. Tapi dia menolaknya.

Di era Heraklius, Romawi mengalami reformasi militer dan administrasi pemerintahan. Dia mengubah bahasa resmi kekaisaran dari Latin ke Yunani. Kekaisaran Romawi pun makin digdaya. Saingan terberatnya kala itu hanya Persia, yang bermarkas di wilayah Iran. Antara Persia dan Romawi acapkali sering perang besar. Puncaknya kala Persia berhasil membunuh Maurice, Kaisar Romawi yang memerintah di tahun 582-602 Masehi. Islam kala itu masih berkutat di wilayah Mekkah saja. Belum berkembang ke fase penaklukkan.

Tapi lambat laun kekhilafahan Islam kemudian muncul. Satu demi satu wilayah kekuasaan Romawi di Suriah, Irak, Mesir dan lainnya di taklukkan. Puncaknya terjadi di tahun 1453, kala Konstantinopel ditaklukkan oleh Utsmaniyah. Sejak itulah Romawi hilang dari peredaran. Romawi benar-benar tak pernah ada lagi.

Tapi kisah takluknya Romawi itu seolah tak pernah terdengar. Pasalnya kalangan Barat lebih doyan menyebut Romawi yang bermarkas di Konstantinopel itu sebagai imperium Byzantium.
Penggunaan pertama istilah Byzantium itu sendiri kali pertama dikenalkan oleh sejarahwan Jerman, Hieronymus di tahun 1557. Dia menerbitkan karyanya berjudul Byzantinae Historiae. Dia menyebutkan bahwa Romawi yang bermarkas di Konstantinopel itu sebagai Byzantium, untuk membedakan Romawi yang di Roma.

Istilah itu kemudian makin populer.  Tahun 1684, banyak buku yang kemudian menyebut Byzantium, ketimbang Romawi. Di Perancis, buku berjudul Louvre du Bizantium (Corpus Scriptorum Historiæ Byzantinæ) menyebut demikian. Di tahun 1680, Du Cange 's Historia Byzantina juga muncul. Istilah Byzantium ini juga kemudian dipopulerkan oleh filosof Perancis, Montesquieu .

Di abad 18, "Kekaisaran Byzantium" muncul juga dalam karya George Finlay, seorang ahli sejarah Inggris. Dia menulis buku berjudul "Sejarah Kekaisaran Bizantium 716-1057". Tak pelak lagi, hingga kini banyak penulis Barat yang terus menyebutkan kisah itu dengan kekaisaran Byzantium, bukan Romawi. 

Tapi seorang sejarahawan asal Inggris, Cinnamus, di tahun 1976 menukiskan secara gamblang tentang kekaisaran Byzantium itu. "Kekaisaran Bizantium dikenal penduduknya sebagai 'Kekaisaran Romawi', 'Kekaisaran Romawi' (Latin: 'Imperium Romanum', 'Imperium Romanorum', begitu tulisnya. 

Bagi umat Islam sekarang, jika yang tertulis adalah kekaisaran Byzantium, tentu bisa membingungkan. Karena Al Quran menceritakan tentang kisah Ar Rum itu adalah perihal tentang Romawi yang kemudian ditaklukkan di tangan Islam.

Jadi, wajar bila Barat lebih suka membelokkan istilah Romawi menjadi Byzantium. Tentu demi menutupi kecocokan sejarah dengan kisah Ar Rum itu.